Generasi Sandwich atau Sandwich Generation sudah bukan menjadi pemandangan yang awam untuk sebagian besar kita terutama kaum milenial. Sebuah fenomena dimana seseorang harus menanggung beban finansial secara vertikal (finansial orangtua, diri sendiri, dan keturunannya). Tak jarang yang akhirnya banyak yang tidak bisa keluar dari jebakan itu sampai akhirnya muncul gangguan baru dan memicu lahirnya “Geprek Generation”.
APA ITU “GEPREK GENERATION”?
Umumnya “Sandwich Generation” adalah kondisi dimana seseorang harus menanggung beban finansial orangtua sampai kepada anaknya. Saat kondisi itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka akan berpengaruh kepada kesehatan mental (Mental Health) seseorang, ditambah lagi dengan adanya tekanan sosial (Social Pressure) dari lingkungan sekitar kita. Tanggungan finansial secara vertikal dan tekanan sosial secara horizontal yang akhirnya melahirkan sebuah turunan yang dinamakan “Geprek Generation”.
Fenomena “flexing” yang akhir-akhir ini marak di social media menjadi salah satu pemicu utama seseorang terjerumus ke dalam Geprek Generation ini. Konten – konten yang berisi “Pencapaian sukses di usia muda” , “Kaya raya sebelum umur 30 tahun”, “Usia 25 sudah punya apa?”, “Menjadi kaya dengan instant” dan masih banyak konten social media yang akhirnya memberikan seseorang tekanan sosial dan berpengaruh kepada kesehatan mental seseorang. Semua hal tersebut mempengaruhi mindset kita dan menghilangkan kesadaran akan pentingnya menjadi diri sendiri, pentingnya berproses, dan pentingnya nilai-nilai kehidupan lainnya yang sesuai dengan profil resiko masing – masing seseorang.
SOLUSI UNTUK TIDAK JATUH KEDALAM “GEPREK GENERATION”
1. Hindari Lingkungan yang Berpotensi Memberi “Social Pressure”
Hal ini bukan berarti kita berhenti untuk menggunakan social media atau berhenti untuk membangun hubungan dengan teman, sahabat, atau lingkungan lainnya. Tetapi disini adalah proses kita memilih hal-hal yang punya potensi memberikan dampak positif untuk kita. Saat ber – social media, sabaiknya kita mencoba untuk mengikuti akun – akun edukasi yang bisa memberikan kita pengetahuan baru saat kita membaca atau melihat video -video yang disajikan.
Begitu juga saat kita memilih lingkungan sosial pertemanan, sebaiknya untuk tidak memaksakan diri bergabung dengan lingkungan yang kira – kira membuat kita selalu mengeluarkan budget berlebihan hanya untuk kesenangan sesaat, apalagi hanya untuk dipamerkan dalam social media supaya kita terlihat eksis dan mengikuti tren yang ada.
2. Kenali Profil Resiko Diri
Penting untuk kita terutama Kaum Milenial untuk mengenal diri sendiri. Mengukur setiap batasan yang ada dalam diri, mengenali kekurangan diri, menggali potensi yang ada dari kelebihan yang kita miliki. Karena sejatinya setiap kita punya nilai hidup dengan kondisi yang berbeda – beda, dan setiap nilai hidup seseorang memiliki titik keistimewaannya masing – masing. Ada seseorang yang mampu untuk bisa sukses dalam karir, ada yang mampu untuk sukses membangun usahanya, ada juga yang mampu sukses berinvestasi saham, dan masih banyak yang lainnya. Semua itu karena setiap orang mampu mengenali profil resiko diri dan mampu untuk mengelolanya dengan baik.
3. Percaya dengan Proses
Ratusan deretan orang terkaya di dunia, hampir bisa kita lihat tidak ada yang menjadi sukses dan kaya dari “menang lotre”. Mayoritas dari sekumpulan orang sukses ini membangun tubuh finansial mereka dengan melewati proses panjang dan dalam jangka waktu yang lama, beberapa dari mereka memang ada yang sukses dalam waktu kurang dari 10 atau 20 tahun, tetapi itu karena mereka menciptakan suatu produk terobosan yang diminati dan dapat membantu kehidupan banyak orang. Presentasinya sangat kecil saat ada orang yang bisa kaya tidak dengan proses yang panjang, itupun hampir bisa dikatakan mereka tidak bisa mempertahankan pencapaian mereka dalam jangka waktu yang lama.
Setiap pencapaian membutuhkan proses, dan setiap proses pasti memiliki resikonya masing – masing. Resiko tidak bisa dihilangkan, tetapi bisa dikendalikan, maka dari itu mengenali profil resiko diri akan membangkitkan sebuah kesadaran bagi kita bahwa semuanya membutuhkan proses untuk mencapai sebuah titik yang kita inginkan. Mau tidak mau suka tidak suka ini adalah sebuah kenyataan dalam hidup bahwa setiap kita diharuskan untuk berproses.
4. Mulailah Berinvestasi Sejak Dini
Sejatinya investasi adalah menaruh sebuah harapan saat ini untuk mendapatkan hasil dimasa mendatang. Saat kita sudah memiliki kesempatan untuk menyelesaikan studi dan bekerja, ada baiknya untuk membangun sebuah rencana investasi sedini mungkin untuk menghindari resiko himpitan ekonomi di kemudian hari. Ada banyak sekali instrument investasi yang dapat membantu kita keluar dari jeratan kesulitan ekonomi. Mulai dari membangun bisnis kecil – kecilan baik itu bisnis f&b sampai kepada bisnis jasa, berinvestasi di pasar modal untuk saham, reksadana, obligasi, dan produk keuangan lainnya, membangun kepercayaan dengan memberikan dana kepada teman atau kolega yang ingin membuka bisnis sebagai bentuk investasi kita, dan masih banyak lagi potensi – potensi lain yang dapat kita rencanankan untuk membangun investasi kita.
Tak lepas dari itu, semua hal tersebut diperlukan komitmen dari dalam diri, komitmen untuk membangkitkan kesadaran bahwa kita harus melakukan sebuah usaha untuk mencapai satu titik tertentu. Mulai dari bagaimana kita bisa menerima kekurangan diri, menggali potensi dalam diri dan mengelola resiko dalam diri, menikmati setiap proses yang harus kita lewati untuk sampai ke tujuan hidup yang sudah kita rencanakan.
Emoticon